The Bloody Tale of Diamonds

Kajima HIMA HI UNPAD
12 min readJun 27, 2024

--

Source : E-IR

Introduction

Jika kita membayangkan pernikahan, pasti salah satu hal yang kita pikirkan adalah berlian. Berlian telah menjadi bagian dari tradisi pernikahan di seluruh dunia. Hal itulah yang menyebabkan permintaan terhadap berlian senantiasa tinggi, sehingga harganya bisa mencapai ribuan bahkan ratusan ribu dolar. Menurut The Observatory of Economic Complexity, pasar berlian dunia mencapai nilai 123 miliar dolar AS pada 2022, sedangkan menurut Statista, nilai pasar perhiasan berlian global mencapai sekitar 87 miliar dolar AS pada tahun 2021

Permukaan berlian yang mengkilap itu menyembunyikan sisi gelap dan berdarah. Banyak pertambangan berlian yang dilakukan melalui eksploitasi dan perbudakan di negara-negara Afrika bagian tengah dan bagian barat seperti Angola, Republik Demokratik Kongo, dan Sierra-Leone. Tidak hanya itu, berlian tersebut dijual secara ilegal untuk membiayai pemberontakan dan aksi militer terhadap pemerintah setempat. Meskipun demikian, berlian masih mempertahankan reputasinya sebagai lambang kemewahan sampai saat ini.

Source: NPR

Kehadiran berlian sebagai simbol percintaan sudah menjadi hal yang umum, seolah tidak afdol rasanya membicarakan tradisi pernikahan dimanapun tanpa menyebutkan berlian. Berlian telah menjadi hal yang tidak dapat dipisahkan dari pernikahan dan romantisme orang-orang di seluruh dunia, terutama oleh kelas menengah atas. Akan tetapi, setiap tradisi memiliki asal muasal yang dapat dipertanyakan. Memang kenapa harus berlian? Mengapa bukan batu cantik lainnya?

Diamonds and Romantic Traditions

Berlian memiliki signifikansi dalam hampir seluruh budaya di dunia. Rekaman sejarah mengenai signifikansi berlian dimulai pada abad ke-4 SM di India, di mana berlian diyakini memiliki kekuatan spiritual karena sifatnya yang keras dan berkilat. Di Afrika, berlian memiliki signifikansi yang berbeda tergantung daerah. Di Afrika Selatan dan Botswana, dua negara penghasil berlian terbesar di Afrika, berlian menjadi simbol kemajuan ekonomi dan peluang yang baik. Namun, di Afrika bagian barat, berlian memiliki signifikansi yang lebih kompleks karena berbagai faktor, seperti warisan kolonialisme, kurangnya institusi politik dan ekonomi yang mapan sehingga terdapat perebutan kontrol atas wilayah penghasil berlian yang memiliki kekuatan serupa dengan negara. Di sisi lain, berlian memiliki signifikansi spiritual yang melambangkan kesucian dan kekuatan.

Source: kmuw

Di negara-negara Barat, berlian sudah digunakan dalam cincin pernikahan sejak abad ke-19. Berlian menjadi simbol kelanggengan cinta karena sifatnya yang sangat keras dan tidak bisa dihancurkan. Persepsi tersebut dikuatkan pada abad ke-20 dengan berhasilnya kampanye iklan perusahaan berlian yang bernama De Beers. Persepsi yang terdapat di Barat inilah yang kemudian menyebar ke seluruh dunia dan menjadi cultural globalisation terkait dengan hubungan antara berlian dengan tradisi romantis dan pernikahan di berbagai negara.

Role of De Beers in marketing diamonds through its popular myths

Berlian merupakan barang yang tidak terlepas dari gambaran kemewahan dan kekayaan seseorang. Hal itu wajar saja jika kita lihat bagaimana harganya yang mahal dan pasokannya termasuk langka dalam pasar dunia karena aturan mainnya yang berbeda serta adanya kelompok yang mampu mengontrol harga berlian dengan sangat efektif. Namun, meskipun begitu berlian tetap saja diterima di seluruh dunia dengan menyentuh sentimen pelanggan. Kondisi tersebut tidak terlepas dari kehadiran satu organisasi yang bekerja sebagai kartel berlian di Afrika, yakni De Beers yang mampu mengubah pandangan hampir semua orang di dunia mengenai berlian sebagai sesuatu yang sangat dekat dengan pernikahan dan cinta abadi.

Source : fashionchinaagency.com

Pada era kolonialisme, hanya terdapat dua tempat penghasil berlian, yakni India dan Brazil. Kita mungkin mengenal tentang berlian Koh-I-Noor dari India yang saat ini digunakan oleh British Royal Family dengan segala kontroversinya (Caso & Hamilton, 2015, 24). Jika kita merujuk pada masa lalu, dengan hanya ada dua tempat yang memproduksi berlian, tentu pasokannya menjadi begitu langka dan gagasan untuk membuat berlian tersedia untuk masyarakat umum terlihat tidak mungkin. Namun, pada tahun 1867, ditemukan berlian di Afrika Selatan dalam jumlah besar sehingga pasokannya meningkat drastis, tetapi tetap saja stigma berlian sebagai komoditas mewah dan langka tetap saja melekat hingga saat ini.

Pada saat terjadi gold rush di Afrika Selatan, dibentuk suatu komite untuk meregulasi para penambang berlian yang dinamakan Komite Diggers sehingga sengketa antara penambang dapat diselesaikan dengan menggunakan sistem klaim Sistem klaim merujuk pada hak hukum untuk mengeksplorasi, menambang, atau mengolah berlian dari area tanah tertentu kepada entitas tertentu secara eksklusif. Salah satu orang yang terlibat dalam penambangan tersebut adalah Cecil Rhodes, seorang pebisnis yang menyewakan peralatan pompa dan menyadari potensi pasar yang besar. Pada tahun 1880, ia memiliki lahan pertambangan yang cukup besar dari klaim berlian sehingga ia memutuskan untuk mendirikan sebuah perusahaan yang khusus mengelola tambang. Oleh karena itu, perusahaan tambang De Beers didirikan dan pada tahun 1887 menjadi pemilik tunggal tambang berlian di Afrika Selatan (Goldschein, 2014). Bahkan, Cecil Rhodes mengontrol alur distribusi melalui “The Diamond Syndicate” sehingga pedagang-pedagang berlian harus mematuhi ketentuan bisnis yang dipatok oleh perusahaan De Beers.

Pada tahun 1920-an, Ernest Oppenheimer, seorang imigran asal Jerman berhasil mengontrol penuh perusahaan De Beers dan menjadi ketua. Dihadapi oleh realitas bahwa berlian telah ditemukan di tempat-tempat lain, seperti Australia, Siberia, dan Afrika Barat, posisi monopoli perusahaan menjadi terancam sehingga fokus perusahaan digeser kepada Central Selling Organization, bagian pemasaran perusahaan. Oleh karena itu, mereka berupaya untuk mengonstruksi persepsi berlian sebagai sesuatu yang sangat berharga dan langka.

De Beers telah memainkan peran yang penting dalam memasarkan berlian melalui popular myth-nya. Tradisi cincin pernikahan dan asosiasi berlian dengan cinta abadi dan romansa, merupakan hasil dari kampanye pemasaran kartel berlian De Beers (Time for Designs, 2023). Pada tahun 1947, slogan ‘A Diamond Is Forever’ yang terkenal itu dibentuk oleh De Beers dengan tujuan merevitalisasi penjualan berlian yang sempat turun karena ketidakpastian ekonomi disebabkan oleh Depresi Ekonomi dan Perang Dunia II. Slogan tersebut menjadi motto resmi perusahaan pada tahun 1948 dan sejak saat itu telah menemami semua iklan cincin pertunangan De Beers. Melalui slogan serta mesin pemasaran oleh berbagai media De Beers menciptakan popular cultural myth yang berhasil meningkatkan penjualan berlian hingga ke tingkat sebelum terjadinya the Great Depression. De Beers kemudian secara efektif mengeluarkan strategi market driving di mana perusahaan tersebut berupaya untuk mengedukasi, dan mengarahkan konsumen, atau lebih umum lagi, pasar. Upaya tersebut merupakan bagian dari propaganda yang diluncurkan oleh negara-negara Barat ke negara-negara lain, terutama di Asia Timur. Propaganda tersebut adalah mengenai representasi perkawinan dan praktik dari Barat ke Jepang pada tahun 1970-an dan Cina pada tahun 1990-an sehingga berlian diterima oleh masyarakat yang secara budaya menghindarinya karena dianggap putih dan melambangkan kesialan (Caso & Hamilton, 2015, 22).

Kampanye De Beers tersebut mampu mengalihkan fokus konsumen dari harga dan ukuran ke nilai emosional yang melekat padanya. Cincin pernikahan berlian dan makna yang melekat di baliknya merupakan contoh dari globalisasi budaya karena telah menciptakan sebuah fenomena budaya di mana cincin berlian menjadi pilihan utama untuk pertunangan dan hari ulang tahun. Oleh karena itu, kampanye pemasaran yang dilakukan oleh De Beers dengan slogan ‘A Diamond Is Forever’ berhasil meraih peringkat slogan iklan teratas abad ke-20 oleh Ad Age pada tahun 1999 (Caso & Hamilton, 2015, 22). Upaya De Beers dalam memasarkan berlian juga mampu menggeser batu pertama lainnya seperti sapphire dan ruby melalui pemasaran yang berkisar pada komitmen dan cinta abadi yang relevan kepada semua orang.

What? Bloody Diamond?

Perdagangan berlian telah lama diasosiasikan dengan kemewahan dan romansa, salah satunya adalah pernikahan antara Pangeran William dan Kate Middleton pada tahun 2011 dengan hadiah dari Raja Charles -saat itu masih pangeran- berupa perhiasan berlian senilai 60 ribu poundsterling (Gray, 2021). Pernikahan dan perhiasan yang ada di baliknya menunjukkan simbol kemewahan dalam romantisme yang dilakukan oleh kelas atas. Berkilaunya berlian ternyata memiliki sisi gelap di baliknya, Mbuyi Mwanza, seorang anak berusia 15 tahun di Republik Demokratik Kongo menghabiskan hari-harinya dengan menyekop dan menyaring kerikil di tambang-tambang kecil, baginya berlian melambangkan kesempatan untuk makan (Baker et al., n.d.). Mwanza dibebani oleh utang dan ayahnya yang mengalami kebutaan sehingga harus mengaburkan harapan untuk bersekolah karena kondisi keluarganya yang cukup memprihatinkan. Menurutnya, setidaknya terdapat dua belas anak laki-laki lain dari komunitasnya yang terpaksa bekerja di tambang untuk bertahan hidup.

Source : human rights watch

Meskipun nilai berlian sangat tinggi sebagai komoditas mewah, tetapi kondisi wilayah produsen berlian, seperti di sekitar Sungai Kongo masih saja miskin dan tidak ada dampak nyata dari keberadaan berlian. Infrastruktur publik sangat buruk kualitasnya, tidak ada jalanan yang diaspal, bahkan landasan pacu bandara. Ratusan penambang meninggal setiap tahunnya dalam tunnel collapses (Baker et al., n.d.), guru-guru di sekolah mengalami kemelaratan sehingga mereka harus menuntut bayaran ke muridnya sendiri serta posisi pekerjaan penambang yang seksi hanya untuk memenuhi perut sendiri.

Realitas dari pernikahan Lesti Billar dan kondisi Mwanza berada di ujung spektrum yang berlawanan dari industri yang bernilai 96.4 miliar dollar AS pada tahun 2022 dengan angka produksi mencapai 120.2 juta karat (Damarupurshad, 2023). Selain konteks kemiskinan dan ketimpangan ekstrem, terdapat sejarah buruk dalam perdagangan berlian. Terdapat perdagangan berlian yang tidak sah -awalnya ditopang oleh konsumsi Barat dan kemudian oleh konsumsi global- yang ditambang di zona perang Afrika, seringkali oleh tenaga kerja paksa dan dimanfaatkan untuk mendanai pemberontak di Afrika.

Source: E-IR

Menurut PBB, konflik berlian disebabkan oleh penjualan berlian yang berasal dari wilayah yang dikuasai oleh pasukan atau faksi yang menentang pemerintah yang sah, digunakan untuk mendanai aksi militer yang bertentangan dengan pemerintah atau yang bertentang dengan keputusan Dewan Keamanan (Armstrong, 2011). Bentuk berlian yang diperdagangkan dan menjadi topik dalam conflict diamond masih dalam bentuk kasar. Salah satu konflik berlian yang cukup populer adalah yang terjadi di Angola di mana kelompok pemberontak menyerang pertambangan berlian, membajak, dan menawan pekerja ekspat yang berada di wilayah penambangan. Bahkan, kelompok pemberontak, yakni National Union for Total Independence of Angola atau UNITA berhasil menguasai lembah Cuango di Lunda sebagai tempat penghasil berlian yang sangat menguntungkan (Pearce, 2004, 4). Selain itu, mereka juga melakukan perdagangan berlian dengan pihak-pihak asing di mana foreign dealers membayar 250 dollar AS pada UNITA untuk hak mencari prospek tambang dengan daya tarik yang sangat tinggi sehingga orang-orang dari berbagai negara datang ke daerah Cuango.

Konflik kekerasan yang terjadi di Angola membuat PBB menjatuhkan sanksi pertama dari serangkaian sanksi persenjataan, perjalanan, dan keuangan terhadap UNITA pada tahun 1993. Namun, perdagangan berlian dan penyelundupannya membuat mereka dapat membiayai operasinya dan mendapatkan kekebalan hukum dengan memanfaatkan institusi hukum negara yang lemah. Pada tahun 2000, para pemberontak berhasil mendapatkan antara 90 juta dollar AS dan 125 juta dollar AS dari perdagangan berlian tersebut meskipun terdapat reformasi hukum dari pemerintah Angola. Secara keseluruhan, berlian senilai antara 350 juta dollar AS hingga 420 juta dollar AS diselundupkan ke negara-negara tetangga (Fleshman, 2001). Jumlah tersebut merepresentasikan sekitar setengah dari produksi tahunan Angola dan 5% dari penjualan berlian kasar tahunan di seluruh dunia (Fleshman, 2001).

Selain Angola, Sierra Leone adalah negara penghasil berlian yang mengalami perang sipil pada tahun 1991–2002. Salah satu penyebab perang tersebut adalah karena kelompok pemberontak, yakni Revolutionary United Front dan Armed Forces Revolutionary Council berusaha mengontrol tambang berlian. Berlian telah dianggap sebagai kutukan dibandingkan berkah yang menyebabkan 50.000 meninggal dunia. Batu mulia tersebut digunakan untuk membiayai operasi pemberontak. Oleh karena itu, tragedi ini berusaha dibingkai oleh Hollywood dalam film yang berjudul Blood Diamond yang dibintangi oleh Leonardo DiCaprio, berusaha menghubungkan cincin pernikahan dengan harga manusia yang tidak murah di tambang-tambang Afrika (Baker, 2018).

The Kimberley Process as an attempt to regulate the diamond trade

Kimberley Process Certification Scheme (KPCS) merupakan bukti kerja sama internasional yang bertujuan untuk mengurangi dampak buruk dari konflik yang disebabkan oleh berlian. Didirikan pada tahun 2003 sebagai tanggapan atas kekhawatiran yang semakin meningkat akibat perdagangan permata ilegal ini, KPCS telah menyatukan para pelaku industri utama, pemerintah, dan organisasi masyarakat sipil untuk menciptakan pendekatan terpadu guna mengatasi masalah ini. Dengan mengakui bahwa perlu ada skema sertifikasi khusus untuk memastikan berlian yang masuk ke pasar berasal dari sumber-sumber yang etis, negara-negara yang berpartisipasi menentukan dasar bagi kerangka kerja peraturan yang komprehensif untuk menyelesaikan konflik perdagangan berlian.

Beberapa aspek penting membuat negosiasi dan implementasi Kimberley Process bergerak lebih cepat. Pihak-pihak utama menyelaraskan kepentingan mereka untuk mendukung pembentukan program sertifikasi, yang semakin didukung oleh terlaksananya kerja sama industri. Selain itu, proses ini mendapatkan legitimasi dari dukungan internasional yang memberikan insentif kepada negara-negara pengekspor dan pengimpor untuk berpartisipasi secara ekstensif. Insentif yang kuat demi kepatuhan ditawarkan oleh kombinasi peraturan sektor publik dan sertifikasi industri dari KPCS sendiri dan pengadopsiannya semakin diperkuat oleh standar perilaku bisnis yang bermunculan dan keterlibatan internasional dalam sengketa hukum.

Source : Gem Rock auctions

Berbagai negara telah bersama-sama menginisiasi terciptanya Skema Sertifikasi Kimberley Process sebagai hasil dari pemahaman kolektif tentang konsekuensi serius yang ditimbulkan oleh blood diamond terhadap hak asasi manusia, keamanan, dan stabilitas. Pengakuan ini memicu kolaborasi internasional yang melampaui batas-batas negara untuk mengatasi masalah ini secara menyeluruh. Berbagai negara mencapai kesepakatan melalui negosiasi mengenai prinsip dan cara kerja KPCS, menetapkan norma dan peraturan untuk menjamin berlian kasar diperoleh secara etis dan menghentikannya memasuki pasar legal. Penerimaan resmi Kimberley Process menunjukkan komitmen bersama untuk mempertahankan standar etika dan menegakkan kepatuhan dalam batas-batas pemerintahan yang berbeda. Sistem pemantauan dan penilaian diimplementasikan untuk mengawasi produksi berlian, informasi perdagangan, dan isu-isu penegakan hukum. Sistem penegakan hukum menekankan pentingnya akuntabilitas dalam mencegah konflik yang dipicu oleh perdagangan dalam blood diamond. Kimberley Process, secara keseluruhan, merupakan perwujudan dari upaya keras untuk mengendalikan perdagangan berlian, mengurangi konflik, dan menjaga standar moral di sektor ini.

Meskipun Kimberley Process telah memberikan langkah yang sangat signifikan dalam meregulasi blood diamond, proses ini terlaksana bukan tanpa tantangan. Tata kelola yang lemah, celah yang dieksploitasi oleh perantara dan penyelundup, serta karakteristik unik pasar berlian menghadirkan rintangan yang terus menerus terhadap efektivitasnya. Namun, dengan upaya mengatasi kelemahan-kelemahan ini dan terus beradaptasi dengan ancaman yang terus berkembang, KPCS dapat menjadi model bagi upaya-upaya regulasi serupa yang bertujuan memerangi perdagangan komoditas konflik dan mendorong praktik-praktik etis dalam rantai pasokan global.

Conclusion

Dengan mempelajari fenomena berlian, terdapat suatu paradoks yang cukup kompleks di balik kilauannya yang memikat. Tradisi pernikahan yang romantis dan meriah seringkali menjadi panggung bagi kemewahan berlian serta menggambarkan kemantapan dan cinta yang seolah tidak akan pernah hilang. Namun, di balik kilau berlian yang memikat terungkap kisah suram yang berpotensi menimbulkan kegelisahan moral dan etika. Sejarah industri berlian, dipimpin oleh De Beers, menunjukkan penggunaan taktik pemasaran yang luar biasa dalam membangun legenda tentang berlian sebagai simbol cinta yang tidak pernah hilang. Sebaliknya, kisah-kisah tragis yang terjadi di wilayah produsen berlian Afrika menunjukkan bahwa eksploitasi, konflik, dan penderitaan masyarakat lokal selalu hadir dalam industri ini. Meskipun demikian, upaya internasional untuk mengurangi dampak negatif perdagangan berlian telah dilakukan. Salah satu contohnya adalah Kimberley Process Certification Scheme (KPCS) yang menetapkan komitmen untuk memerangi perdagangan berlian konflik dan memastikan sumber berlian yang etis.

Source : TIME

Berlian bukan hanya simbol kemewahan dalam pasar global, tetapi juga simbol konflik dan ketidaksetaraan di lokasi produsen. Kisah dari Republik Demokratik Kongo, Angola, dan Sierra Leone menunjukkan bagaimana perdagangan berlian dapat menyebabkan konflik bersenjata, kerugian manusia, dan kerusakan lingkungan. Namun, banyak negara telah bekerja sama dalam upaya internasional yang dipimpin oleh Kimberley Process untuk memulai regulasi demi mengurangi dampak negatif konflik yang disebabkan oleh perdagangan berlian. Meskipun masih ada hambatan dari segi tata kelola dan penegakan hukum, usaha ini merupakan langkah penting menuju sebuah masa depan dunia di mana perdagangan berlian tidak lagi menjadi sumber konflik dan penderitaan, tetapi secara nyata menjadi simbol cinta yang murni dan mencerminkan keadilan serta kesetaraan bagi setiap individu yang terlibat dalam rantai pasokannya.

Penulis

Dippo Alam Satrio (HI’22), Kayla Prabaswari Wiyono (HI’23), Sajid Dhiyaurrahman Djunaedy (HI’23)

Editor

Citra Ayu Maharani (HI’22), dan Rivandi Gusniar (HI’22)

Referensi

Armstrong, P. (2011, December 5). What are ‘conflict diamonds?’ CNN. Retrieved June 3, 2024, from https://edition.cnn.com/2011/12/05/world/africa/conflict-diamonds-explainer/index.html

Baker, A. (2018, August 16). How a 709-Carat Diamond In Sierra Leone Changed Everything. TIME. Retrieved June 3, 2024, from https://time.com/longform/sierra-leone-peace-diamond/

Baker, A., Kabanda, C., & Kalombo, F. (n.d.). Blood Diamonds. TIME. Retrieved June 3, 2024, from https://time.com/blood-diamonds/

Caso, F., & Hamilton, C. (2015). Popular Culture and World Politics: Theories, Methods, Pedagogies. E-International Relations Publishing. https://www.e-ir.info/publication/popular-culture-and-world-politics/

Damarupurshad, A. (2023, July 6). Review of World Diamond Production and Trade in 2022. https://www.linkedin.com/pulse/review-world-diamond-production-trade-2022-dr-ashok-damarupurshad

Diamonds (HS: Diamonds,) Product Trade, Exporters and Importers | The Observatory of Economic Complexity. (2022). oec.world. https://oec.world/en/profile/hs/diamonds

Doniel. (2024, March 16). Do diamonds have meaning? Symbols of love and enlightenment in global cultures. Boonit Online Pawnbroking. https://boonit.co.uk/blog/the-symbolism-of-diamonds-in-jewellery-across-different-cultures/

Fleshman, M. (2001, December). ‘Conflict diamonds’ evade UN sanctions | Africa Renewal. the United Nations. Retrieved June 3, 2024, from https://www.un.org/africarenewal/magazine/december-2001/conflict-diamonds-evade-un-sanctions

Goldschein, E. (2014, May 8). The Incredible Story Of How De Beers Created And Lost The Most Powerful Monopoly Ever. Business Insider. Retrieved June 3, 2024, from https://www.businessinsider.com/history-of-de-beers-2011-12

Haufler, V. (2009). The Kimberley Process Certification Scheme: an innovation in global governance and conflict prevention. Journal of Business Ethics, 89(S4), 403–416. https://doi.org/10.1007/s10551-010-0401-9

Pearce, J. (2004, June 25). War, peace and diamonds in Angola: Popular perceptions of the diamond industry in the Lundas1. Institute for Security Studies. https://reliefweb.int/report/angola/war-peace-and-diamonds-angola-popular-perceptions-diamond-industry-lundas

Pariona, A. (2017, April 25). Civil War In Sierra Leone And The Role Of “Blood Diamonds” WorldAtlas. https://www.worldatlas.com/articles/civil-war-in-sierra-leone-the-role-of-sierra-leone-s-blood-diamonds.html

The Editors of Encyclopaedia Britannica. (2024, May 2). Blood diamond | Conflict, Trade & Human Rights. Encyclopedia Britannica. https://www.britannica.com/topic/blood-diamond

Time for Designs. (2023, September 30). How De Beers “A Diamond is Forever” Campaign Changed Marketing Forever. https://www.timefordesigns.com/blog/2023/09/30/how-de-beers-a-diamond-is-forever-campaign-changed-marketing-forever/

--

--

Kajima HIMA HI UNPAD
Kajima HIMA HI UNPAD

Written by Kajima HIMA HI UNPAD

Departemen Kajian dan Keilmuan hadir untuk mengangkat dan mengulas berbagai isu Hubungan Internasional yang sesuai dengan perkembangan zaman

No responses yet