Gabon’s Political Pandemonium in 2023: Understanding the Dynamics of the Coup d’État

Kajima HIMA HI UNPAD
10 min readOct 30, 2023

--

Pendahuluan

Pada Rabu, 30 Agustus 2023, terjadi kudeta secara besar-besaran di Gabon yang menarik perhatian masyarakat dunia. Kudeta ini dilakukan dengan tujuan untuk menggulingkan Presiden Ali Bongo yang telah menang selama tiga kali berturut-turut pada saat pemilihan umum di negara tersebut. Kudeta ini dipimpin oleh elit militer Gabon sebagai wujud respons atas hasil pengumuman pemilu di Gabon. Dilansir dari Reuters, elite militer Gabon yang berbicara atas nama Komite Transisi dan Pemulihan Institusi atau Comité pour la Transition et la Restauration des Institutions (CTRI), mengatakan bahwa Gabon sedang mengalami krisis politik, ekonomi, dan sosial sehingga hasil pemilu harus dibatalkan karena dianggap tidak transparan. Tujuan dari kudeta ini sendiri tidak lain untuk mengakhiri masa kepemimpinan Bongo di Gabon yang dianggap sangat merugikan masyarakat banyak.

Kudeta ini tidak hanya terjadi sekali atau dua kali melainkan delapan kali sejak tahun 2020. Tentu sebuah jumlah yang dapat dibilang sangat banyak jika melihat kurun waktu dengan jarak hanya tiga tahun. Salah satu hal yang menyebabkan sering terjadinya kudeta ini, yaitu pihak pemerintah Bongo yang dinilai tidak transparan dan cenderung mengesampingkan kesejahteraan masyarakatnya. Tidak hanya itu, pemerintahan yang korup dan ‘makar’ menyebabkan banyaknya masyarakat yang semakin ingin akan perubahan. Pemerintahan Bongo sendiri telah berkuasa sejak tahun 2009 menggantikan ayahnya, Omar, yang telah memerintah sejak tahun 1967. Dinasti pemerintahan ini telah berlangsung dengan total kurang lebih 56 tahun lamanya (Aljazeera, 2023). Peristiwa kudeta ini sendiri juga telah menarik banyak perhatian dari masyarakat internasional yang tentunya memberikan berbagai respons.

Mengenal Dinasti Bongo di Gabon

Pada tahun 1960, Leon M’ba menjabat sebagai presiden pertama Gabon dan selama menjabat ia mengeluarkan kebijakan yang dinilai otoriter, yaitu kebijakan untuk unifikasi seluruh partai politik dalam Gabon yang menghasilkan sebuah gejolak unjuk rasa dari pihak militer Gabon. Setelah ia diasingkan, ia berhasil merebut kembali gelar presiden Gabon dengan campur tangan pihak Perancis. Ia mempertahankan jabatan ini hingga ia wafat pada tahun 1967 (Britannica, 2023)

Kondisi Vacuum of power yang terjadi setelah kematian Leon M’ba memberikan peluang yang tidak terlewatkan bagi Omar Bongo (wakil presiden saat itu) yang menggunakan kesempatan ini untuk menjabat menjadi presiden kedua Gabon. Omar Bongo menjabat menjadi salah satu presiden terlama di Afrika, yaitu 41 tahun secara netto. Omar Bongo juga dikenal sebagai pemegang kuasa suatu negara terlama ke-7 di dunia. Ia meraih ini dengan mendominasi Partai Demokrasi Gabon yang dikenal sebagai partai politik terbesar di Gabon. Meskipun begitu, ia dituduh menggunakan kelakuan kotor dengan tujuan mempertahankan jabatannya. Semasa menjabat, ia berkali-kali menyatakan pendapatnya bahwa demokrasi tidaklah cocok bila diimplementasikan dalam negara-negara Afrika. Menurut Omar Bongo, pemerintahan otoriter adalah satu-satunya bentuk pemerintahan yang cocok untuk diimplementasikan di Gabon karena tingginya tingkat kesetiaan suku di Afrika. Meskipun begitu, masa jabatannya terpotong lebih pendek dari ekspektasi hidupnya setelah ia terkena serangan jantung pada tanggal 8 Juni 2009 (Ondimba, 2023)

Harapan-harapan dari masyarakat Gabon runtuh ketika keturunan dari Omar Bongo yaitu, Ali Bongo. Sebelum masa jabatannya, Ali Bongo dikenal dalam Gabon dan di dunia internasional sebagai penyanyi musik bergenre ‘funk’ dengan album pertama yang Ia rilis yaitu, “A Brand New Man” pada tahun 1978. Karir ini tidak bertahan lama karena pada tahun 1981 Ia diseret oleh ayahnya ke dalam dunia politik. Ia menjabat menjadi letnan untuk ayahnya, Ia juga menemani ayahnya keliling dunia dalam mencari pasar minyak bumi untuk memenuhi kebutuhan ekonomi Gabon.

Meskipun mendapat pendidikan yang cukup tinggi, masyarakat awam di Gabon menilai Ali Bongo sebagai memiliki standar dibawah ayahnya. Beberapa yang menjadi alasan gagasan ini adalah ketidakpandaian Ali Bongo dalam berbahasa daerahnya. Isu ini lagi dengan fakta bahwa Ali Bongo meraih pendidikan di Negeri Perancis, pada pesisir kota Paris, hal ini memberikan asumsi kepada rakyat Bongo bahwa Ali Bongo adalah orang luar. Selain itu, ia juga memiliki sikap yang sangat hedonistik, dibuktikan dengan beberapa foto-fotonya dengan mobil mewah padahal Gabon dimasa itu sedang mengalami keterbelakangan ekonomi (CNN Indonesia, 2023) Terlebih lagi, terdapat tuduhan dari pihak oposisi yang menyatakan adanya ketidakadilan Dinasti Bongo di Gabon terhadap alokasi pendanaan yang dihasilkan dari SDA yang terdapat di dalam Gabon. dilansir dari BBC International, banyak sekali masyarakat Gabon yang sudah muak dengan tingkah laku Dinasti Bongo, meski Bongo adalah salah satu negara dengan cadangan minyak terbesar di dunia, kekayaan tersebut dikelola oleh pihak asing. Tidak hanya dalam bidang kesejahteraan masyarakat, kesalahan dalam pemerintahan Ali Bongo juga merambat kepada krisis kelembagaan ekonomi, politik, dan juga sosial.

Di lain sisi, terdapat juga beberapa opini positif terhadap Ali Bongo. Seperti opini yang dikemukakan oleh François Gaulme, penulis politik Gabon. Yana mana Ia mengatakan bahwa Ali Bongo berhasil melakukan restrukturisasi tentara Gabon, dan juga sebagai sosok yang berhasil melakukan diversifikasi ekonomi Gabon yang selaras dengan agenda lingkungan hidup yang cukup revolusioner (CNBC Indonesia, 2023)

Nguema, Kudeta, dan Transisi Politik

Akhir dari masa jabatan Ali Bongo sebagai presiden dimulai dengan menyebarnya ketidakpercayaan umum masyarakat Gabon terhadap kekuasaan Ali Bongo. Ketidakpercayaan ini kemudian juga diterima dan direspons oleh para pihak militer Gabon. Pihak militer Gabon berpendapat bahwa Ali Bongo sebagai presiden dan juga kabinetnya tidak berhasil memberikan solusi yang signifikan terhadap keluh kesah masyarakat Gabon. Akhirnya, pada tahun 2019 gagasan ini berubah menjadi aksi nyata yang berupa kudeta, dipimpin oleh Letnan Kelly Ondo Obiang. Kudeta ini dimulai dengan sabotase siaran televisi ‘Radio Television Gabonaise’ yang mana pihak militer mengumumkan tekad mereka untuk meruntuhkan kekuasaan Ali Gabon dan untuk merumuskan suatu ‘Dewan Restorasi Gabon’ usai Ali Bongo diruntuhkan (Kennedy, 2019)

Kini, Gabon telah mengangkat presiden baru yang bernama Brice Oligui. Hal ini dibuktikan dengan sambutan meriah Rakyat Gabon ketika Brice Oligui disiarkan di televisi (Iswara, 2023). Terlebih lagi, Brice Oligui Nguema sudah mengambil sumpah sebagai presiden sementara Gabon. Meskipun begitu, Brice Oligui Nguema belum menyebutkan kapan berakhirnya masa jabatanya sebagai presiden sementara Gabon (Liputan6, 2023)

Nguema menyatakan bahwa motivasinya melancarkan kudeta ini adalah untuk meruntuhkan dinasti yang berkuasa dari demokrasi fana. Ia menjanjikan bahwa setelah masa jabatannya yang singkat berakhir, ia akan melaksanakan pemilu yang bebas dan transparan untuk mengembalikan kekuasaan kepada tangan rakyat, dalam kata lain menjalankan demokrasi secara konsekuensial. (Liputan6, 2023)

Sejauh ini, Nguema sudah berhasil untuk menahan Ali Bongo selaku mantan presiden Gabon, membubarkan lembaga-lembaga yang lama, membatalkan hasil pemilu yang dinilai tidak berguna baginya, menutup batas-batas negara sementara, dan merancang konstitusi yang baru kelak akan digunakan setelah berakhirnya masa jabatan Nguema selaku presiden sementara Gabon.

Memahami Respons Masyarakat Internasional

Keberhasilan kudeta memberikan sebuah tanda kemenangan besar bagi masyarakat dan para pemimpin kudeta dalam menjatuhkan apa yang mereka sebut sebagai sebuah “dinasti kepemimpinan” yang memperoleh kekayaan sementara masyarakat harus berjuang untuk bertahan hidup. Namun, penting untuk diketahui bahwa peristiwa kudeta ini mendapat respons dan tanggapan yang cenderung unik dari beberapa negara di dunia. Negara-negara seperti Cina, Rusia, Amerika Serikat, anggota-anggota Uni Eropa, dan anggota-anggota Uni Afrika sebenarnya cenderung memiliki posisi yang sama. Mereka menyampaikan sebuah harapan untuk Gabon agar dapat kembali kepada tatanan yang lebih baik dan keluar dari kondisi ketidakstabilan politik. Hal ini cenderung merujuk kepada orientasi perlindungan masyarakat di Gabon. Namun, nada-nada dari pesan yang disampaikan cenderung memiliki beberapa perbedaan.

Wang Wenbin mewakili Cina menyampaikan bahwa Cina akan memantau dengan cermat perkembangan kondisi di Gabon dan menyerukan kepada pihak-pihak terkait di Gabon untuk fokus pada kepentingan mendasar negara dan rakyatnya, menyelesaikan perbedaan secara damai melalui dialog dan memulihkan ketertiban sesegera mungkin. Tidak hanya itu, Wenbin juga menekankan akan pentingnya keselamatan pribadi Presiden Bongo demi menjaga stabilitas di Gabon. Tanggapan dengan nada serupa juga dapat ditemukan melalui pesan-pesan para perwakilan negara Rusia, Kanada, Amerika Serikat, dan Uni Afrika.

Di lain sisi, pihak-pihak seperti Uni Eropa, Inggris, dan Prancis memiliki kecenderungan nada tanggapan yang sedikit berbeda. Inggris misalnya, memiliki kesan untuk mengutuk pelaksanaan kudeta yang menurutnya merupakan upaya pengambilalihan kekuasaan secara inkonstitusional di Gabon. Lebih jauh, Inggris juga menyerukan dorongan untuk segera dilakukan pemulihan pemerintahan konstitusional. Uni Eropa di sisi lain juga cenderung menunjuk kudeta sebagai masalah utama yang menyebabkan ketidakstabilan di Gabon. Sementara itu, Prancis menjadi salah satu negara yang paling keras dalam menanggapi peristiwa ini. Prancis secara terang-terangan mengutuk peristiwa kudeta militer yang berlangsung di Gabon dan menegaskan kepada para pemimpin kudeta untuk menghormati hasil pemilu.

Lantas, apa latar belakang corak respons dari Uni Eropa, Inggris, dan terkhusus Prancis? Sebenarnya, Prancis, Inggris, dan kebanyakan dari negara-negara Eropa lainnya mendasarkan sikap mengutuk mereka kepada nilai-nilai demokrasi yang telah lama mereka junjung. Tentu saja, stabilitas dan keamanan nasional menjadi salah satu fitur utama keberhasilan terlaksananya demokrasi. Dengan demikian, kudeta tentu menjadi sebuah hal yang menghambat proses dari terlaksananya demokrasi. Lebih jauh, negara-negara ini cenderung berupaya untuk mendorong Gabon melakukan transisi politik yang dilakukan secara damai dan bukan melalui campur tangan kekuatan militer. Prinsip-prinsip ini tentunya menjadi basis utama Prancis, Inggris, dan Uni Eropa dalam memposisikan diri terhadap peristiwa kudeta di Gabon.

Bagaimanapun juga, tetap terasa penting untuk menggarisbawahi bahwasanya kepentingan ekonomi menjadi basis yang paling utama Prancis dalam memberikan respons terhadap kudeta di Gabon. Prancis dan Gabon sendiri memiliki sejarah ekonomi yang sangat panjang, hingga saat ini, Prancis memiliki postur militer di Gabon untuk menjaga kepentingan nasionalnya di negara tersebut. Kudeta tentu menjadi sebuah masalah besar yang akan berdampak pada ketidakstabilan ekonomi bagi kedua negara. Prancis sendiri tercatat memiliki kepentingan ekonomi yang sangat vital di Gabon, terlihat dengan adanya perusahaan raksasa Eramet yang bergerak di bidang pertambangan. Tidak hanya itu, di wilayah Moanda, melalui anak perusahaannya di Gabon, Comilog yang merupakan salah satu perusahaan multinasional Prancis mengoperasikan tambang mangan. Mangan sendiri merupakan jenis logam yang menempati posisi keempat sebagai logam yang paling banyak digunakan di dunia saat ini. Beberapa wilayah di Gabon bahkan memiliki cadangan pemasukan devisa bagi Prancis mencapai 25% cadangan devisa di dunia. Terdapat sekitar seratus perusahaan multinasional Prancis di Gabon, perusahaan-perusahaan ini mampu menghasilkan omzet hingga $3,5 miliar per tahun bagi Prancis.

Kudeta di Gabon: Bukti Nyata Kepentingan di Atas Segalanya?

Pemilu di Gabon seringkali berakhir dengan kekerasan dan memiliki latar belakang yang rumit, termasuk sejarah kudeta. Gabon sendiri telah mengalami serangkaian kudeta sejak tahun 2020, dipicu oleh ketidakpuasan terhadap pemerintahan Bongo yang dianggap tidak transparan dan korup. Jika dilihat lebih jauh lagi, Dinasti Bongo, yang dimulai dengan El Hadj Omar Bongo Ondimba, telah memerintah selama beberapa dekade, menciptakan ketidakpuasan dalam masyarakat. Ketika Ali Bongo mengambil alih kepemimpinan, harapan masyarakat Gabon runtuh karena dinilai kurang kompeten dan terlibat dalam tindakan korupsi. Terdapat juga kritik mengenai pengelolaan sumber daya alam negara, seperti minyak bumi yang dinilai tidak menguntungkan rakyat. Kudeta yang terjadi pada 2023 akhirnya mengakhiri masa kepemimpinan Ali Bongo yang kurang memuaskan tersebut. Dengan demikian, situasi politik dan ekonomi yang kompleks di Gabon menciptakan tantangan besar bagi stabilitas negara tersebut.

Walaupun begitu , keadaan di Gabon masih belum jelas kedepannya akan seperti apa. Keberhasilan dalam menggulingkan rezim ini bergantung pada seberapa besar dukungan yang bisa didapatkan (DW, 2023). Mengetahui bahwa tanggapan internasional juga mempunyai peran penting dalam upaya untuk mencapai perubahan positif dan perdamaian di negara tersebut. Salah satu tanggapan internasional adalah pengutukan beberapa negara terhadap tindakan kudeta. Terlihat dari Prancis yang mengecam tindakan kudeta ini karena dianggap dapat merugikan hubungan ekonomi mereka yang telah berlangsung dalam jangka waktu yang cukup lama. Posisi Prancis secara langsung dapat dirugikan dengan keadaan kudeta ini karena Prancis mempunyai kepentingan vital ekonomi yang harus dijaga di Gabon seperti perusahaan multinasional tambang mangan. Di sisi lain, masih banyak negara yang mendukung kudeta ini dengan harapan akan terjadi transisi pemerintahan ke arah yang lebih baik lagi.

Penulis

Fransiskus (HI’21), Ken Prama Abyasa (HI’22), dan Muhammad Haekal Nasution (HI’22)

Editor

Alya Rachma Diva (HI’21), Ficho Marcelo (HI’21)

Daftar Pustaka

Al Jazeera. (2023, August 31). World reaction to the military coup in Gabon. Military News | Al Jazeera. https://www.aljazeera.com/news/2023/8/30/world-reaction-to-the-military-coup-in-gabon

Aljazeera. (2023, September 2). Gabon coup leader: No rush to elections and “the same mistakes.” Www.aljazeera.com. https://www.aljazeera.com/news/2023/9/2/gabon-coup-leader-no-rush-to-elections-and-the-same-mistakes

Britannica. (2023, September 15). Léon M’ba | African leader, independence leader, Gabonese leader. Britannica. Retrieved September 19, 2023, from https://www.britannica.com/biography/Leon-Mba

CNBC Indonesia. (2023, August 31). Siapa Presiden Gabon Ali Bongo, Mengapa Dikudeta Militer? CNBC Indonesia. Retrieved September 19, 2023, from https://www.cnbcindonesia.com/news/20230831135015-4-467849/siapa-presiden-gabon-ali-bongo-mengapa-dikudeta-militer

CNN Indonesia. (2023, August 31). Siapa Ali Bongo, Presiden ‘Politik Dinasti’ Gabon yang Dikudeta? CNN Indonesia. Retrieved September 19, 2023, from https://www.cnnindonesia.com/internasional/20230830200206-127-992586/siapa-ali-bongo-presiden-politik-dinasti-gabon-yang-dikudeta

CNN Indonesia. (2023a, August 31). Kenapa Militer Kudeta Presiden Gabon Ali Bongo usai Menang Pemilu? CNN Indonesia. https://www.cnnindonesia.com/internasional/20230831125057-127-992889/kenapa-militer-kudeta-presiden-gabon-ali-bongo-usai-menang-pemilu

CNN Indonesia. (2023b, August 31). Militer Gabon Lancarkan Kudeta usai Presiden Bongo Menang Pemilu Ke-3. CNNIndonesia.com. https://www.cnnindonesia.com/internasional/20230830131117-113-992353/militer-gabon-lancarkan-kudeta-usai-presiden-bongo-menang-pemilu-ke-3
Liputan6. (2023, September 5). Pemimpin Kudeta Militer Gabon Brice Oligui Nguema Dilantik Jadi Presiden Sementara. Liputan6.com. Retrieved September 29, 2023, from https://www.liputan6.com/global/read/5389028/pemimpin-kudeta-militer-gabon-brice-oligui-nguema-dilantik-jadi-presiden-sementara

DW. (2023, August 31). Kudeta Gabon: Presiden Terpilih Ali Bongo Jadi Tahanan Rumah — DW — 31.08.2023. Dw.com. https://www.dw.com/id/kudeta-gabon-presiden-terpilih-ali-bongo-jadi-tahanan-rumah/a-66679242

Iswara, A. J. (2023, August 31). UPDATE Kudeta Militer Gabon, Presiden Ali Bongo Dipensiunkan. Kompas.com. Retrieved September 19, 2023, from https://www.kompas.com/global/read/2023/08/31/091800670/update-kudeta-militer-gabon-presiden-ali-bongo-dipensiunkan

Kennedy, E. S. (2019, January 11). Awal 2019 di Gabon: Kegagalan Militer Mengkudeta Presiden Ali Bongo. Tirto.ID. Retrieved September 19, 2023, from

Lavallet, S. (2023, Septembre 13). Coup d’état au gabon : La présence militaire française à l’épreuve. Le Point. https://www.lepoint.fr/afrique/coup-d-etat-au-gabon-la-presence-militaire-francaise-a-l-epreuve-13-09-2023-2535268_3826.php#11

Obangome, G. W. (2023, August 30). Gabon officers declare military coup, President Ali Bongo detained. Reuters. https://www.reuters.com/world/africa/gabonese-military-officers-announce-they-have-seized-power-2023-08-30/

Omar Bongo Ondimba. (2023). Universitas STEKOM Semarang. Retrieved September 19, 2023, from https://p2k.stekom.ac.id/ensiklopedia/Omar_Bongo

https://tirto.id/awal-2019-di-gabon-kegagalan-militer-mengkudeta-presiden-ali-bongo-ddSx

Reuters. (2023, August 31). Reactions to Gabon military coup. https://www.reuters.com/world/africa/reactions-gabon-army-officers-announcing-coup-2023-08-30/

VOI Indonesia. (2023, August 31). Dunia Bereaksi Keras terhadap Kudeta di Gabon. VOA Indonesia. https://www.voaindonesia.com/a/dunia-bereaksi-keras-terhadap-kudeta-di-gabon/7247987.html

Yeung, J. (2023, August 31). Gabon’s military coup has overthrown a powerful political dynasty. Here’s what to know. CNN. https://edition.cnn.com/2023/08/31/africa/gabon-military-coup-explainer-intl-hnk/index.html

--

--

Kajima HIMA HI UNPAD
Kajima HIMA HI UNPAD

Written by Kajima HIMA HI UNPAD

Departemen Kajian dan Keilmuan hadir untuk mengangkat dan mengulas berbagai isu Hubungan Internasional yang sesuai dengan perkembangan zaman

No responses yet